Jumat, 26 November 2010

Manajemen Penerbitan Media Komunitas


Dalam rangka menatap kehidupan kampus yang semakin dinamis, organisasi-organisasi kemahasiswaan sekarang dituntut untuk menjawab tantangan tersebut. Organisasi-organisasi ini diharapkan memiliki alternatif perjuangan selain melalui core atau keahlian mereka masing-masing. Salah satu alternatif yang banyak dilirik para aktivis organisasi dewasa ini ialah lewat tulis menulis, atau istilah kerennya pers. Tujuan didirikannya bidang pers ini sangatlah bervariasi, namun intinya memang ditujukan untuk mendukung organisasi induknya. Benang merah yang dapat diambil disini ialah fungsi pers berjalan sebagai media/pers komunitas. Untuk itu, dalam makalah ini nantinya akan lebih diarahkan kepada manajemen media komunitas itu sendiri.
Media komunitas pada dasarnya dibangun sebagai saluran komunikasi antar anggota kelompok. Media ini sewajarnya dibangun oleh komunitas tertentu dan diterbitkan secara independen, dan tidak diperuntukkan sebagai ajang komersialisasi. Secara umum, terdapat tiga fungsi dari media komunitas:
• Media Komunikasi
Dapat dikatakan bahwa komunikasi disini adalah untuk berbagi sesuatu hal kepada orang lain, baik berupa informasi, ide, gagasan, ataupun emosi dalam lingkup komunitasnya.
• Sebagai School of Journalism
Media komunitas memiliki peran yang sangat baik sebagai wadah bagi mereka yang ingin belajar menulis. Disini kompetensi tulis menulis sesuai dengan “ideologinya” dapat ditempa dan diarahkan dengan baik.
• Sebagai pembentuk Opini Publik
Peran media sebagai pembentuk opini publik tentu tidak diragukan lagi. Kecenderungannya, media komunitas akan lebih leluasa daripada media umum karena pengelolaannya tidak terpengaruh oleh kekuatan pemilik modal.
Media/pers komunitas (dalam lingkup universitas) tentu saja berbeda dengan pers umum, walaupun keduanya sama-sama bergerak di ranah jurnalistik. Perbedaan tersebut diantaranya :
Tabel Perbedaan Pers Komunitas dan Pers Umum
Keterangan Pers Komunitas Pers Umum
Jenis Organisasi non profit Profit oriented
Personil/SDM Mahasiswa Wartawan dan profesional yang terkait
Struktur Organisasi Sederhana (sesuai kebutuhan) Rapi dan kompleks
Sumber Keuangan Swadaya, iklan komersil, kampus Investor, iklan, pengguna jasa, konsumen, dll
Sasaran Terbitan/Produk Komunitas masing-masing Masyarakat umum
Pertanggungjawaban Intern&Ekstern Organisasi, pihak kampus Pihak pemilik dan investor

Dilihat dari perbedaan-perbedaan tersebut, pers komunitas memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pers umum. Dengan minimnya intervensi dari luar, tulisan pers komunitas tentu diharapkan akan lebih kritis dan idealis. Struktur organisasi yang sederhana mempermudah pengendalian dan pengawasan. Sasaran terbitannya-pun lebih jelas karena media komunitas hidup di tengah-tengah komunitas itu sendiri.
Selain memiliki kelebihan, tentu pers komunitas juga memiliki beberapa kekurangan. Dengan menyandang diri sebagai organisasi non profit, konsekuensi logis yang harus diterima pers komunitas ialah masalah dana. Jika permasalahan ini tidak segera ditemukan solusinya maka cepat atau lambat eksistensi pers komunitas tersebut akan mati. Struktur organisasi yang sederhana juga dapat menjadi bumerang. Terkadang pers komunitas membutuhkan struktur yang sedikit lebih kompleks untuk memaksimalkan kinerjanya. Dalam hal ini, kebutuhan juga harus disesuaikan dengan kemampuan terlebih dahulu.
Manajemen Media Komunitas
Menurut Yurnaldi, wartawan Kompas, manajemen produksi media ialah suatu proses kegiatan seseorang atau sekelompok orang secara sistematis, dalam menghasilkan produk media tertentu untuk menyebarluaskan berita demi mencapai suatu sasaran yang ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
Untuk mengelola media komunitas secara efektif dan efisien, diperlukan penerapan prinsip-prinsip pokok dalam manajemen yakni planning, actuating, controlling, dan evaluating. Prinsip-prinsip ini harus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh elemen dalam intern organisasi.
• Planning
Planning/perencanaan merupakan hal penting pertama yang harus dilakukan dalam manajemen. Tanpa perencanaan yang baik dan sistematis, mustahil tujuan akan tercapai. Dalam media komunitas, diperlukan penyusunan program-program kerja yang komprehensif untuk mencapai sasaran organisasi. Disini perlu ditekankan bahwa program kerja harus dibuat se-rasional mungkin dalam artian sesuai dengan anggaran dan kemampuan SDM di masing-masing organisasi.
• Actuating
Actuating/pelaksanaan adalah roh dalam organisasi. Seorang filsuf berkebangsaan Jerman, Friedrich Engels pernah mengatakan, satu ons tindakan sama berartinya dengan satu ton teori. Jadi, implementasi adalah sama pentingnya dengan perencanaan. Oleh karena itu, konsep the right man on the right place sangatlah diperlukan. Serahkan suatu hal pada ahlinya. Untuk menunjuk orang yang tepat, diperlukan adanya komunikasi yang intens antar anggota organisasi. Dengan adanya komunikasi, kompetensi seseorang seringkali akan dapat diketahui. Selanjutnya, action juga harus bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bila terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan, harus segera direspons dengan tindakan yang tepat dan terarah.
• Controlling
Controlling/pengawasan adalah kunci dalam manajemen. Walaupun pendelegasian tugas adalah hal yang mutlak dalam sebuah organisasi, bukan berarti semua berjalan sendiri-sendiri dan tak terkendali. Seorang yang buta-pun akan dapat berjalan dengan normal jika dituntun dengan baik. Begitu pula orang-orang dalam organisasi,seburuk-buruknya sistem manajemen jika ada kontrol dan umpan balik yang rutin maka hasilnya akan masih dapat diterima. Sistem reward and punishment juga bisa menjadi salah satu elemen penting dalam controlling. Diharapkan dengan diberlakukannya sistem tersebut, pelaksanaan organisasi tidak melenceng dari sasaran yang direncanakan.
• Evaluating
Pengevaluasian kinerja selama periode tertentu diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan organisasi. Menjadi sangat penting karena dengan evaluasi yang kontinyu dan komprehensif, pada kesempatan kedepan kita lebih bisa mengantisipasi kendala yang mungkin terjadi.
Perangkat-Perangkat Penerbitan
Dalam suatu kegiatan produksi penerbitan, secara garis besar terdapat tiga komponen yang masing-masing merupakan sub proses sendiri namun merupakan mata rantai yang terintegrasi. Ketiga kelompok itu ialah:
•Kelompok Redaksi. Secara struktur terbagi atas pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, reporter, editor, dan fotografer. Mekanisme redaksional terdiri dari getting (mendapatkan bahan-bahan), budgeting (pengumpulan bahan-bahan yang telah didapatkan) dan processing(pemrosesan).
•Kelompok Artistik. Peran kelompok ini adalah mempercantik hasil olahan redaksi untuk selanjutnya diproses menjadi sebuah terbitan. Kelompok ini biasanya terdiri dari lay-outer dan ilustrator.
•Kelompok Usaha. Bidang usaha merupakan supporting unit dan memiliki peran strategis karena redaksi tidak dapat berbuat apa-apa tanpa dukungan dari bidang usaha. Secara umum pengelolaan bidang usaha pers komunitas terdiri dari pemimpin usaha, keuangan, iklan, sirkulasi, dan usaha lain. Bidang ini tergantung dari seberapa besar media tersebut. Pengembangan usaha pers harus selaras antara redaksi dan usaha.
•Kelompok Percetakan. Kelompok ini bertugas melanjutkan hasil kerja kelompok-kelompok sebelumnya dalam rangka menerbitkan sebuah media yang berkualitas.
Proses Pembuatan Media
Kegiatan jurnalistik adalah kegiatan inti dari sebuah organisasi pers. Untuk itu diperlukan sistematika kinerja yang baik dan terarah untuk menghasilkan produk-produk jurnalistik yang berkualitas. Berikut proses pembuatan sebuah media jurnalistik:

Rapat Proses Proses Proses Setting Proses
Redaksi Reportase Penulisan Editing Lay-out Cetak
• Rapat Redaksi
Rapat redaksi adalah tempat untuk mendiskusikan materi yang akan diangkat dalam media yang bersangkutan. Biasanya rapat redaksi juga menentukan penanggungjawab rubrik.
• Proses Reportase
Setelah penentuan berita maka diperlukan verifikasi terhadap berita yang ditetapkan. Dimulai dari pembuatan surat izin wawancara, interview dengan narasumber, pencarian data sekunder, hingga pencarian foto untuk mendukung tulisan.
• Proses Penulisan
Setelah wartawan mendapat berita dan melengkapinya dengan sumber-sumber berita, maka berita segera disusun menjadi sebuah tulisan.
•Proses Editing
Sebelum diserahkan kepada editor, biasanya tulisan diserahkan ke penanggungjawab rubrik/redaktur terdahulu untuk diseleksi kelayakan muatnya. Tulisan yang telah lolos seleksi diserahkan pada editor bahasa guna dilakukan pemeriksaan kesalahan ejaan, serta kaidah penulisan.
• Setting Lay-Out
Seyogyanya tim lay-out sudah mulai membuat konsep perwajahan setelah rapat redaksi. Untuk teknis pelaksanaan, lay-outing mulai bekerja setelah tulisan, foto, ilustrasi, maupun iklan telah fix.
• Proses Cetak
Proses ini adalah proses terakhir dalam pembuatan media dan memiliki peranan yang sangat penting. Sebagus apapun hasil lay-out-nya akan berakhir buruk apabila tidak ditunjang dengan pengawasan proses cetak dan pemilihan percetakan yang baik.
Bisa dibilang, proses pembuatan sebuah media komunitas tidaklah serumit yang dibayangkan. Dengan struktur yang sederhana-pun media komunitas bisa berjalan jika dikelola dengan baik. Kelebihan lain, media komunitas biasanya juga telah memiliki target pasar tersendiri. Permasalahannya disini, bagaimana mengelola sebuah media komunitas agar bisa terus eksis, paling tidak di komunitasnya sendiri.Walaupun belum seprofesionel pers umum, namun konsep-konsep manajemen dan pengetahuan tentang jurnalistik tetaplah harus dikuasai. Jangan sampai media komunitas hanya terbit beberapa kali lalu setelah itu mati. Atau yang tidak kalah menyedihkan, dipinggirkan dalam komunitasnya sendiri. Kunci dari pers komunitas ialah pada konsistensi. Dengan diimbangi pengembangan diri dalam bidang jurnalistik, niscaya akan menghasilkan sebuah media komunitas yang berkualitas dan berpengaruh.

(Tulisan ini adalah materi saya saat mengisi diklat jurnalistik di fakultas Sastra UNS. Semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan referensi seputar manajemen pers mahasiswa)