Minggu, 06 April 2008

Pohon Tumbang, Gerobak Peang




Kejadian mengejutkan terjadi di kawasan pusat jajanan depan PGS, tepatnya hari Rabu (22/03/08 ) sekitar pukul 5 sore saat hujan sedang deras-derasnya mengguyur kota Solo. Waktu itu kami ( Saya&Mas Iken ) kebetulan melintas di daerah tersebut. Sempat dibuat bertanya-tanya kenapa ada barikade polisi yang menutup jalan arah ke PGS. Ternyata apa yang kita bingungkan terjawab setelah motor kita diam-diam menyelinap diantara barikade tersebut. Dan tebak apa yang selanjutnya kami lihat. Sebuah pohon besar, yang mungkin usianya sudah puluhan tahun, tumbang dan dengan sukses menghantam sebuah gerobak warna hijau khas PKL Solo yang berada tepat di bawahnya.

Seketika saja naluri fotografi saya muncul (cuih..). Berbekal kamera seadanya ( Kamera VGA Nokia 6600 ), saya mengambil foto kejadian tersebut dari berbagai sudut. Tapi karena cuaca yang kurang memungkinkan, akhirnya kita tidak sempat untuk investigasi kronologis terjadinya peristiwa tersebut. Alhasil, cuma foto- foto yang bisa kita dapatkan waktu itu. Tapi foto-foto tersebut saya rasa sudah dapat merepresentasikan kejadian di sore kelabu tersebut. Lebih jelasnya, silahkan beli koran besok.^^

Untuk itu, saya ingin mem-blow up sebuah sisi lain dari musibah ini. Fenomena menarik yang dapat saya tangkap dari peristiwa ini adalah solidaritas. Nah, koq bisa solidaritas? Begini sahabatku, di sekitar tempat kejadian tersebut ada sekelompok pemuda yang terlihat sedang melakukan pekerjaan layaknya tukang parkir sekaligus tukang angkat barang. Apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan ? Secara ruas jalan hampir seluruhnya tertutup oleh badan pohon, tentu saja menyulitkan para pemakai jalan untuk melintas ( tidak termasuk mobil; karena jalan sudah diblokir; mustahil bagi mobil untuk menyelinap masuk layaknya motor ). Teman-teman muda kita ini dengan antusias membantu setiap pengguna jalan yang kesulitan melintas dengan cara mengangkat motor melewati tumbangan pohon dan lain sebagainya. What a great job! Mereka seakan tidak menghiraukan guyuran hujan yang menyapa kota Solo sore itu. Aku pikir hujan adalah berkah bagi mereka. Walaupun mungkin mereka tidak mendapat suatu imbalan, tetapi paling tidak mereka telah menanam sebuah benih “solidaritas” antar mereka sendiri maupun dengan masyarakat. Sebentuk rasa kebersamaan yang sangat langka kita lihat pada zaman sekarang yang notabene masyarakatnya cenderung individualistis.

Tak terasa, hujan semakin mereda dan tibalah kita pada sebuah tempat perhentian. Sebuah percetakan kecil di daerah Pasar Kliwon menjadi tempat persinggahan kami. Akhirnya kita berteduh sekaligus berbincang-bincang ria dengan seorang pribadi yang sangat menarik. Kedinginan dan basah kuyup karena kehujanan seakan tak terasa berkat kehangatan tutur kata sesosok wanita ini. Aq gtw apakah dia istri yang punya percetakan itu ataukah anaknya . Unpredictable. Yang pasti, she’s humble, she’s nice, she’s so high...haha,,

So, Tunggu blog ngasal saya selanjutnya dengan tema “Wanita Percetakan”.

1 komentar:

richiereez mengatakan...

hoho saia juga mengalami kejadian hampir serupa

kemaren di depan mata saia ini ada mobil bego yang nabrak mobil sial.
begonya tu sopir ngantuk n mobilnya menjadi liar tak terkendali. Sialnya mobil yang ditabrak mobil yang lagi parkir. kasian kan!!!

tapi bukan naluri fotografi atau jurnalis yang timbul, malah naluri cemen.
soalnya bensin tu mobil meleber kmana2, saya takutnya ada yang buang puntung rokok n BLEDUG. jadilah sate manusia khas jalan Ir Sutami.

so daripada kejadian gitu terjadi pada diri yang penuh semangat dan cita-cita ini... mending
KABUUUURRRRRR